Persaingan Mobil Listrik Makin Sengit, Ada Pergeseran Pemain Utama
![car](/storage/cache/676x432@80_1672646905_1719458992.jpeg)
Kompetisi antar brand mobil listrik di Indonesia makin sengit, baik itu jenis battery electric vehicle (BEV) maupun hybrid electric vehicle (HEV). Hal itu pula tampak pada gelaran Gaikindo Indonesia International Auto Show (GIIAS) 2023 di ICE – BSD City, Tangerang, Banten.
Beberapa brand yang selama ini eksis di dalam negeri memamerkan model mobil listrik terbaru, seperti Toyota yang menjagokan New Yaris Cross Hybrid dan Honda yang mengusung All New CR-V Hybrid.
Tak hanya itu, beberapa brand baru mobil listrik mulai masuk ke industri otomotif nasional. “Mayoritas berasal dari Tiongkok,” tulis analis Samuel Sekuritas Pebe Peresia dan Research Associate Samuel Sekuritas Ashalia Fitri dalam riset terbaru.
Advertisement
Beberapa brand baru tersebut, antara lain Neta (Hozon Auto Manufacturing) yang meluncurkan tipe V di GIIAS 2023 dengan harga Rp 379 juta, GWM (Great Wall Motors) yang meluncurkan Ora 03 dengan harga Rp 630 juta, dan Maxus yang meluncurkan MIFA 9 sebagai pesaing Alphard dengan harga Rp 1,4 miliar.
DFSK juga telah meluncurkan produk baru mobil listrik, yaitu E1 seharga Rp 189 juta, mirip dengan Wuling Air EV Lite.
“Kami melihat masuknya beberapa brand Tiongkok tersebut sejalan dengan rencana pemerintah untuk memberikan insentif terhadap mobil impor CBU EV melalui pemotongan PPN dan pengurangan biaya masuk impor yang dapat menstimulasi pembelian BEV dalam negeri,” jelas Pebe dan Ashalia.
Hingga Juli 2023, penjualan mobil listrik sebesar 5,1% dari total penjualan mobil nasional. Penjualan BEV mencapai 6.931 unit, meningkat drastis dibandingkan periode yang sama tahun lalu yang hanya sebanyak 626 unit.
Adapun pangsa pasar mobil listrik pada Juli 2023 terjadi perubahan, dengan Wuling Air EV naik ke posisi pertama. Penjualan Wuling Air EV sebesar 27,3% dari penjualan mobil listrik nasional. Sebelumnya, pada Juni 2023, Wuling Air EV berada di posisi kedua.
Dengan demikian, Hyundai Ioniq5 turun ke posisi kedua (25,7%), seiring dengan penurunan penjualannya. Penjualan Hyundai Ioniq5 pada Juli 2023 sebanyak 276 unit, turun dibandingkan Juni 2023 yang mencapai 870 unit. “Salah satunya disebabkan oleh peluncuran Hyundai Ioniq6 pada Juli 2023,” ungkap Pebe dan Ashalia.
Meski demikian, penjualan BEV tersebut masih tergolong belum signifikan karena hanya sebesar 1,2% dari total penjualan mobil nasional. Tahun ini, porsi penjualan BEV diproyeksikan masih di bawah 3%.
Tak hanya BEV, penjualan HEV hingga Juli 2023 juga mencatatkan pertumbuhan signifikan mencapai 23.042 unit atau 3,9% dari total penjualan mobil nasional. Bandingkan dengan periode sama pada tahun lalu yang hanya sebanyak 1.417 unit.
Toyota Innova Zenix kembali menduduki posisi sebagai market leader atau 46,7% dari penjualan mobil hibrid.
“Kami memperhatikan perubahan pangsa pasar juga terjadi di 4W hybrid nasional, dengan Toyota New Yaris Cross yang baru diluncurkan pada Mei 2023 menempati posisi penjualan terbanyak kedua (28,3% dari penjualan 4W hybrid), menggantikan Suzuki XL7 yang pangsa pasarnya turun menjadi 15,2% (Juni 2023 sebesar 32,8%),” sebut Pebe dan Ashalia.
Tahun ini, porsi penjualan mobil hibrid diperkirakan mencapai 5% dari total penjualan mobil nasional. Hal ini seiring makin tingginya respons masyarakat terhadap mobil hibrid.
Sementara itu, untuk sepeda motor listrik, beberapa produsen juga agresif menawarkan produk unggulannya di GIIAS 2023, antara lain Alva, Polytron, Pacific, Segwaw, dan Ion Mobility. Harganya berkisar Rp 20,5 juta hingga Rp 43 juta.
Market leader sepeda motor di Indonesia, yaitu Astra Honda Motor atau AHM (Honda), juga telah meluncurkan motor listrik merek EM1e seharga Rp 40-45 juta per unit.
“Ke depan, kami menilai penjualan motor listrik di dalam negeri dapat meningkat, seiring perubahan regulasi penerima subsidi Rp 7 juta, yaitu menjadi hanya menggunakan KTP. Sebelumnya dikhususkan bagi penerima bansos yaitu penerima KUR, penerima bantuan upah kerja, dan penerima subsidi listrik di bawah 900 VA,” jelas Pebe dan Ashalia.
Perubahan regulasi tersebut merespons minimnya calon penerima subsidi yang hanya mencapai 1.857 orang hingga Juli 2023. Jumlah tersebut jauh dari target pemerintah yang sebanyak 200.000 unit.